• [Terbaru] Menuju Titik Tertinggi Pulau Jawa (Part 1): Ide Gila Modal Nekat Klik Disini

Sunday 17 January 2016

Sepotong Dunia yang Hilang di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung



Takjub! Itulah kiranya gambaran saya dari pengalaman berkunjung ke Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung beberapa tahun silam. Taman Nasional yang terletak di Kabupaten Maros, Provisi Sulawesi Selatan ini memiliki pemandangan alam paling eksotis, dengan deretan pegunungan yang menakjubkan, flora dan fauna yang khas, bahkan terlebih lagi menyimpan rahasia kehidupan awal manusia yang mungkin belum banyak dari anda mengetahuinya.

Bagi anda yang belum pernah mendengar mengenai Maros, Maros merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar. Tempat ini terkenal sebagai tempat wisata yang unik dan menarik karena pemandangan alam dari pegunungan karst nya yang khas. Pegunungan karst di Maros ini bahkan merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah yang ada di Tiongkok.

Karst sendiri merupakan bentang alam unik yang terbentuk oleh erosi bawah tanah batuan seperti batu kapur dan marmer yang larut dalam air. Sehingga menciptakan suatu permukaan yang unik dengan gunung-gunung dan batuan-batuan berbentuk unik bahkan gua-gua.
Wilayah di kabupaten Maros yang terkenal dengan pegunungan karstnya ini terletak dalam area Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang membentang luas lebih dari 45 ribu hektar. Akses menuju Taman Nasional ini juga sangat mudah, bila berangkat dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin yang juga berlokasi di Maros anda tinggal menaiki pete-pete (nama angkot dalam bahasa setempat) menuju Maros dan berhenti di Pasar Tradisional Maros, dengan waktu yang ditempu adalah sekitar 25 Menit.

Dari Pasar Tradisional Maros anda dapat melanjutkan perjalanan kembali dengan menaiki pete-pete lain dengan tujuan yang bermacam-macam, Ada pete-pete tujuan Bantimurung, Leang-Leang, Pattunuang, dan lain-lain. Tempat-tempat ini merupakan taman wisata yang ada di Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Biaya sewa untuk sekali menaiki pete-pete disini adalah sebesar Rp 5000. Begitu murah bukan.

Rute menuju Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung , Visualisasi oleh Penulis
Oh iya, Bagi anda yang ingin berkunjung ke Maros namun berdomisili diluar Sulawesi Selatan, anda tidak perlu khawatir. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin melayani rute penerbangan dari seluruh maskapai yang ada di Indonesia, Maskapai Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Batik Air, Air Asia dan lain-lain. Bahkan bagi anda yang berdomisili di luar negeri, terdapat juga penerbangan langsung dari Jeddah, Arab Saudi menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dengan Garuda Indonesia, dan penerbangan langsung dari Kuala Lumpur/Singapore menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dengan menggunakan Air Asia.

Untuk harga detil tiket pesawat menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sendiri, anda dapat mengeceknya langsung di web www.vokamo.com, di sini anda dapat merencanakan liburan anda dengan sangat baik karena anda juga dapat memesan hotel, sewa kendaraan, mengetahui restoran terdekat dari destinasi anda bahkan terdapat pula paket tur. Semua kemudahan-kemudahan yang ditawarkan Vokamo ini dapat membuat liburan anda menjadi lebih santai lagi berkesan.

Vokamo.com, Visualisasi oleh Penulis
Kembali mengenai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, kawasan ini tidak hanya memukau dengan pegunungan karstnya, melainkan juga di dalam Taman Nasional ini terdapat keanekaragaman flora dan fauna yang unik dan mempesona. Keanekaragaman flora dan fauna ini sendiri dikarenakan letaknya yang berada di peralihan antara zona Asia dengan zona Australia, sehingga terdapat beberapa hewan endemik atau yang hanya dapat ditemukan di lokasi ini seperti beberapa jenis kupu-kupu, kumbang, Musang Sulawesi, Kera hitam Sulawesi, Kuskus, Tarsius, bahkan berbagai jenis burung.

Bila anda pernah mempelajarinya ketika di bangku sekolah, untuk flora dan fauna Indonesia dibagi kedalam tiga bagian oleh dua garis hipotetis Wallace dan Weber. Flora dan fauna bagian barat Indonesia memiliki karakteristik spesies asia dan bagian timur Indonesia memiliki karakteristik spesies Australia. Nah, karena Sulawesi berada di tengah-tengah, Sulawesi memiliki karakteristik flora dan fauna sendiri yakni gabungan antara spesies Asia dan spesies Australia atau disebut Australasia.

Wallace dan Weber Line, Visualisasi oleh penulis
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ini memiliki kelebihan lain lagi, seakan tidak cukup dengan pegunungan karst dan keanekaragaman flora dan fauna, di taman nasional ini pula kita seakan dibawah meresapi kehidupan manusia purba. Peninggalan lukisan tangan di dinding-dinding gua hingga lukisan babi rusa yang biasa menjadi buruan manusia purba, terlukis jelas di dinding-dinding di puluhan gua di dalam taman nasional ini.

Sebagai informasi tambahan, tahun lalu lukisan tangan dan babi rusa ini bahkan menjadi polemik dunia dikarenakan penelitian Tim ahli yang dipimpin oleh Anthony Dosseto dari University of Wollongong, Australia, menemukan lukisan stensil tangan yang digambar dengan warna merah dan gambar binatang babi rusa ini dilukis sekitar 40.000 tahun silam, atau mengalahkan lukisan stensil tangan dan binatang di dinding gua El Castillo di utara Spanyol yang selama ini dianggap tertua yakni berusia 37.300 tahun.

"Lukisan gua di Indonesia merupakan sejarah seni purba tertua", Berita dari National Geographic
Visualisasi oleh Penulis
Bagi anda yang senang liburan dan lebih menyukai berlibur ketempat wisata alam, tentu tidak boleh melewatkan berkunjung ke taman nasional ini. Hal ini karena anda akan disuguhkan pengalaman yang unik dan menarik yang mungkin belum pernah anda dapatkan sebelumnya, apalagi keindahan di dalam taman nasional ini terbagi kedalam berbagai tempat wisata menarik, diantaranya ada Bantimurung, Leang-leang, Biseang Labboro/Pattunuang Karaenta, dan juga Rammang-rammang.

Di Bantimurung kita dapat menikmati air terjun dan menyaksikan beragam jenis kupu-kupu, Di Leang-leang adalah lokasi lukisan manusia purba. Biseang Labboro/Pattunuang Karaenta tempat wisata yang biasanya untuk aktivitas-aktivitas yang menantang seperti camping, climbing atau memanjat tebing serta Rammang-rammang yang biasa oleh orang setempat disebut sebagai hutan batu karena penampakan batuan karstnya yang sangat luas. Lebih rinci mengenai tempat-tempat wisata ini akan saya jelaskan satu persatu sebagai berikut:


Memasuki kawasan wisata Bantimurung kita akan melewati gerbang unik berbentuk kupu-kupu raksasa yang menunjukkan ciri khas tempat wisata yang satu ini. Hal ini wajar saja karena ada begitu banyak kupu-kupu dengan berbagai jenis yang berterbangan di kawasan ini. Tempat wisata ini sendiri awal mulanya terkenal pada tahun 1856 ketika Sir Alfred Wallace berkunjung bahkan beliau sendiri menyebut daerah ini sebagai Kingdom of butterflies atau Kerajaan kupu-kupu.

Pintu Gerbang Bantimurung, Sumber gambar: detik.com
Demi menjaga kelestarian habitat kupu-kupu di dalam kawasan ini, di tempat wisata ini juga dibangun tempat penangkaran kupu-kupu dengan konsep Taman Kupu-Kupu, sehingga selain berfungsi untuk kepentingan konservasi jenis kupu-kupu, Taman Kupu-Kupu ini juga merupakan wahana pendidikan dan konservasi bagi masyarakat umum.

Apakah hanya kupu-kupu yang menjadi daya tarik tempat ini? Tentu tidak. Terdapat juga air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter, sehingga ketika memasuki kawasan wisata kita akan mendengar suara gemuruh air bah, anda tentu akan sulit menolak untuk mencoba menikmati bermandi ria dibawah air terjun ini. Tiket masuk kedalam tempat wisata ini juga tergolong murah, hanya dengan 25 Ribu rupiah kita telah dapat menikmati tempat wisata ini.

Air terjun Bantimurung, Sumber gambar: harmonimedia.com


Leang-leang merupakan taman prasejarah yang lokasinya tidak begitu jauh dari Bantimurung. Di Taman prasejarah ini terdapat banyak gua yang memiliki peninggalan arkeologis yang sangat unik dan menarik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya terdapat begitu banyak lukisan tangan dan babi rusa oleh manusia purba yang membuat banyak para peneliti berdebat tentang usianya karena dianggap merupakan yang tertua di dunia.

Peninggalan manusia purba ini awalnya ditemukan pada tahun 1950 oleh Van Heekeren dan Miss Heeren Palm. Van Heekeren menemukan gambar babi rusa yang sedang meloncat yang di bagian dadanya tertancap mata anak panah, sedangkan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan wanita dengan cat berwarna merah.

Lukisan tangan dan Babi rusa di Leang-leang, Sumber gambar: detik.com
Selain untuk dokumentasi banyak orang yang berpendapat bahwa gambar yang unik yang terdapat di dinding goa ini juga bertujuan sebagai ritual keagamaan para manusia purba dan juga sebagai monumen keberadaan mereka dulunya.

Walau kawasan ini awalnya merupakan tempat hidup para manusia purba, ternyata akses menuju taman prasejarah ini ternyata tidak purba. Leang-leang dapat dijangkau dengan mudah karena akses jalan yang juga telah memadai. Dengan tiket masuk sebesar 10 ribu rupiah kita bisa meresapi kehidupan manusia purba dahulu kala yang terlihat serba sederhana.

Leang-leang, Sumber Gambar: travel.kompas.com

Nama resmi tempat wisata ini adalah Pattunuang Karaenta, namun warga sekitar lebih mengenal atau menamai tempat ini Biseang Labboro. Biseang Labboro sendiri berarti perahu yang terdampar, dinamakan demikian karena didalam tempat wisata ini terdapat batu raksasa berbentuk seperti kapal. Penamaan ini alkisah berasal dari cerita dahulu kala tentang adanya seorang saudagar Tiongkok yang datang melamar dan mempersunting gadis setempat, namun karena merasa malu di tolak lamarannya, saudagar tersebut mengkaramkan kapalnya dan lambat laun kemudian membatu.

Saya sendiri telah empat kali berkunjung ke tempat wisata ini, hal-hal yang selalu membawa saya kembali ke tempat ini selain Biseang Labboro tadi yakni juga pemandangan alamnya yang menakjubkan. Sepanjang perjalanan, kita akan disuguhkan panorama alam yang indah dan menawan, sungai yang mengalir deras diantara tebing-tebing dengan ornamen batu-batu besar yang di lewati aliran sungai cukup membuat fikiran menjadi tenang.

Biseang Labboro, Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi & Google Image
Pintu masuk tempat wisata ini sendiri tidak jauh dari jalan raya lintas provinsi, jaraknya dari Bantimurung adalah sekitar 5 km dengan harga tiket yang murah yakni hanya sebesar 5 ribu rupiah kita bisa menikmati keindahan alam yang disuguhkan. Di Pattunuang Karaenta ini juga merupakan kawasan konservasi Tarsius dan juga Soa-Soa atau kadal air. Selain itu juga di tempat ini terdapat puluhan gua yang mengundang anda untuk memasukinya.

Terakhir saya ketempat ini, ada begitu banyak pengunjung yang memilih untuk berkemah bahkan tidak sedikit juga mereka yang berkunjung untuk mencoba memanjat tebing di tempat ini. Jadi bagi anda para pencinta alam, tempat ini sayang sekali buat anda untuk dilewatkan.


Jika berbicara mengenai hutan, dibenak anda tentu saja terlintas mengenai kawasan yang rindang dengan begitu banyak pohon-pohon hijau. Namun apa jadinya atau bagaimanakah penampakannya suatu kawasan luas bila ia disebut hutan batu. Apakah memang kawasan itu dipenuhi batu? Awal mendengar mengenai tempat ini saya juga agak sulit membayangkan akan bagaimana penampakan hutan batu ini.

The Forest Stone, Sumber gambar: flickr.com
Untuk memasuki kawasan Rammang-rammang agak sedikit berbeda dengan rute ketiga tempat wisata sebelumnya, dari Bandara Sultan Hasanuddin anda bisa naik pete-pete tujuan Maros dan kemudian turun di depan Pintu Masuk Bosowa, bila tidak tahu dimana Pintu Masuk Bosowa anda bisa bertanya kepada supir pete-pete dan minta diturunkan disana. Dari sana anda kemudian masuk berjalan kaki sekitar 100 meter hingga anda menemukan disamping kiri terdapat sebuah dermaga, di dermaga ini terdapat perahu motor yang dapat mengantarkan anda memasuki kawasan Rammang-rammang.

Untuk bisa menaiki perahu anda perlu merogoh kocek yang lumayan, yakni sebesar Rp 250.000 per perahu, namun ini tentu akan terasa lebih ringan bila anda pergi bersama-sama kerabat. Coba juga untuk menawar, kalau nahkodanya lagi berbaik hati anda pasti dapat lebih murah. Dengan perahu ini anda akan diantar pulang balik dari dermaga menuju ke Rammang-rammang.

Menuju Rammang-rammang dengan perahu, Sumber gambar: cdn.klimg.com
Menggunakan perahu untuk memasuki kawasan Rammang-rammang tentu merupakan perjalanan yang unik dan menarik, apalagi disepanjang perjalanan dengan perahu anda akan disuguhkan pemandangan tebing dan batuan-batuan karst yang mempesona.

Setelah menyusuri sungai dan puas dengan pemandangan tebing dan batuan-batuan karst, anda akan tiba di sebuah perkampungan yang hanya dihuni belasan kepala keluarga, ada pengunjung yang bahkan mengatakan nuansa perkampungan ini mirip-mirip setting di film maze runner pertama, karena di perkampungan sederhana ini dikelilingi oleh gunung-gunung karst yang terlihat seperti dinding.

Lalu dimana hutan batunya? Anda cukup menyusuri perkampungan dan akan terlihat berbagai susunan batuan karst yang menakjubkan.

Hutan Batu Rammang-rammang, Sumber gambar: hellomakassar.com
Kawasan karst di Rammang-rammang ini merupakan bukti sejarah fenomena geologi, khususnya fenomena pergerakan lempeng bumi yang memiliki andil dalam pembentukan Pulau Sulawesi. Menurut beberapa ahli bahkan kawasan dengan perpaduan menara karst dan sungai seperti yang ada di kawasan itu, sangat jarang ditemui. Hanya ada di Tiongkok dan di Maros, oleh karena itu patut jika kawasan bukit karst Rammang-rammang ini dijadikan sebuah kebanggan yang patut dijaga kelestariannya.

Rammang-rammang, Sumber gambar: flickr.com
Nah itulah tadi empat tempat wisata yang menakjubkan di dalam Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, tinggal pilah pilih saja yang mana anda lebih sukai. Apalagi akses menuju ke Taman Nasional ini juga begitu mudah.

Sebelum mengakhiri tulisan saya kali ini, berikut beberapa tips dari saya bagi anda yang ingin berlibur ke Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ini:



Bagi saya alam adalah keindahan yang tak tertandingi, saya lebih memilih untuk berkunjung ketempat-tempat wisata alam ketimbang tempat-tempat wisata modern. Ada suatu tempat lain yang ingin saya kunjungi, yaitu Desa Ranupani yang berlokasi di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut, dengan danaunya yang unik karena berada di pegunungan, desa ini merupakan persinggahan terakhir bila mendaki Gunung Semeru, Gunung tertinggi yang ada di Pulau Jawa.

Saya membayangkan diri saya yang menikmati berkemah dengan pemandangan danau Ranupani dan dengan pemandangan langit malam ditaburi bintang-bintang yang sangat terang. Semoga keinginan saya untuk meresapi keindahan alam Ranupani dapat tercapai di tahun 2016 ini.

Akhir kata, saya mengajak pembaca sekalian untuk lebih mengenal Indonesia. Ada begitu banyak tempat-tempat menarik di negeri ini yang menunggu untuk dijelajahi.



Referensi:
www.wikipedia.com
www.detik.com







Comments
9 Comments

9 comments:

  1. Wush... keren banget. Saya ga tau ada tempat kayak gini gan di Indo, sy jadi penasaran pengen ke gua yg ada gmbar tangan2 itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mas, Yap silahkan... tp kalau mau dapet tiket murah langsung ke www.vokamo.com aja

      Delete
  2. Vokamo itu web tiket baru ya gan? maaf nih sy agak kudet

    ReplyDelete
  3. thanks gan infonya, keren nih kyaknya bisa jadi list wisata ane berikutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. wajib banget mas, ga bakal nyesel deh ke tempat ini. Btw kalau mau dapet tiket murah, ke www.vokamo.com aja

      Delete
  4. mau..mau..mau, kapan ya sy bisa kesana? Ngarep mode on

    ReplyDelete
    Replies
    1. suatu saat pasti bisa, yg penting kan kalau ada kemauan pasti ada jalan. :D

      Delete
  5. Wah selamat ya mas jadi pemenang lomba vokamonya.. Emang keren deh tulisannya... Jadi pengen banget ke Rammang-Rammang...

    ReplyDelete

Orang baik meninggalkan pesan